Tuesday, February 11, 2014

Jangan Buru-buru Ambil Makanan dari "Microwave"




Untuk alasan kepraktisan, banyak orang memilih makanan beku yang dihangatkan di microwave pada saat-saat tertentu. Namun makanan beku jenis tertentu seperti yang mengandung produk ayam biasanya tidak terlepas dari risiko cemaran bakteri Salmonella. Itulah yang membuat proses pemasakan menggunakan microwave menjadi hal yang penting.
Sayangnya, aturan memasak di microwave seringkali tidak diikuti dengan baik yang membuat risiko penyakit akibat Salmonella pun meningkat. Sebuah investigasi baru yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyoroti perlunya mengikuti aturan memasak dalam microwave secara benar, yaitu membiarkan beberapa saat makanan setelah waktu masak selesai.
Investigasi yang dilakukan CDC tersebut dipicu oleh banyaknya orang yang sakit akibat Salmonella. Setelah diusut, ada kaitannya penyakit mereka dengan konsumsi makanan beku yang dimasak menggunakan microwave.
Menurut laporan CDC, kebanyakan orang yang sakit mengaku memasak makanan mereka dalam microwave, tetapi tidak semua dari mereka membiarkan makanan tetap berada di dalam microwave hingga waktu yang telah ditentukan sebelum diambil.
"Waktu pembiaran makanan dalam microwave yang sudah off adalah bagian dari proses memasak. Konsumen perlu mengikuti instruksi memasak dengan microwave dengan tepat, termasuk mengikuti waktu tunggu yang disarankan sebelum mengonsumsinya," tulis CDC dalam laporannya.
Masalah penyakit akibat makanan yang umum berhubungan dengan kesalahpahaman bahwa makanan beku sejatinya adalah sudah matang sehingga hanya butuh dipanaskan. Namun menurut CDC, poin yang paling penting adalah makanan perlu mencapai suhu tertentu agar aman dari bahaya mikroba.
Di samping itu, CDC juga menekankan pada pihak industri untuk selalu mencantumkan keterangan "belum siap makan" pada kemasan produk mereka, serta menambahkan dengan aturan langkah-langkah memasak, khususnya pada makanan beku.
CDC juga menyarankan penggunaan termometer untuk memastikan makanan beku matang sepenuhnya. "Seluruh komponen makanan perlu mencapai suhu 74 derajat Celcius," tulis mereka.

Menggigil Lebih Efektif Bakar Lemak Ketimbang Olahraga?




Udara dingin tak jarang membuat tubuh menggigil kedinginan. Meski tidak nyaman, namun sebuah studi baru mengindikasikan, kondisi tersebut mungkin lebih efektif dalam membakar lemak daripada berolahraga.
Paul Lee, pakar endokrin di Garvan Institute of Medical Research di Sydney sekaligus ketua penulis studi ini mengatakan, proses tersebut berhubungan dengan pengubahan lemak putih menjadi lemak coklat.
Diketahui, lemak coklat merupakan jenis lemak yang dapat membakar energi daripada menyimpannya. Ketika 50 gram lemak putih menimbun 300 kalori, maka lemak coklat dengan volume yang sama dapat membakar 300 kalori dalam satu hari.
"Lemak coklat dengan kemampuan pembakaran energinya yang alami berpotensi menjadi target terapeutik dalam melawan obesitas dan diabetes. Pengubahan lemak putih menjadi lemak coklat dapat melindungi binatang dari diabetes, obesitas, dan perlemakan hati," jelas Lee.
Studi yang dipublikasi dalam Cell Metabolism tersebut menunjukkan, proses pengubahan lemak tidak akan dicapai tanpa melakukan olahraga seperti lari atau angkat beban. Namun ternyata, paparan terhadap suhu dingin dapat meningkatkan produksi hormon yang berhubungan dengan aktivasi lemak coklat.
Para peneliti menemukan, menggigil yang berlangsung 10-15 menit membuat tubuh memproduksi hormon tersebut sebanyak melakukan olahraga moderat. "Kami mengindentifikasi dua hormon yang dirangsang oleh suhu dingin yaitu irisin dan FGF21, dikeluarkan dari kondisi otot yang mengigil," tutur Lee.
Selain mengungkap metode pembakaran lemak yang potensial, studi tersebut juga menjelaskan tentang mekanisme pambakaran lemak tubuh terbaru. Lee mengatakan, ketika tubuh kedinginan maka tubuh secara alami akan mengaktifkan lemak coklat karena dapat membakar energi dan menghasilkan panas yang melindungi tubuh.
"Saat tubuh kekurangan energi, maka otot akan berkontraksi, inilah yang disebut dengan menggigil. Fungsinya adalah untuk menghasilkan panas. Meskipun begitu, kami belum dapat menemukan bagaimana otot dan lemak berkomunikasi dalam menghasilkan proses ini," paparnya.
Lee dan timnya juga percaya, menggigil dan olahraga memiliki aturan fisiologi yang sama. Mereka berspekulasi, olahraga merupakan "peniruan" dari mekanisme menggigil yang secara alami dilakukan oleh tubuh. Ini karena adanya kontraksi otot yang sama pada kedua prosesnya.

Waspadai Jajanan Anak Terutama Es, Minuman Berwarna




Tak mudah mencegah kebiasaan jajan pada anak usia sekolah. Namun tidak selamanya jajan selalu membuat sakit. Asalkan bisa memilih pangan jajanan yang sehat, anak-anak bisa terhindar dari risiko penyakit akibat makan jajanan tidak sehat.
 
Dari sekian banyak jajanan, ternyata ada beberapa jenis makanan tertentu yang paling harus diwaspadai, yaitu es batu, minuman berwarna, bakso, dan agar-agar atau jeli. Alasannya, menurut data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, jenis-jenis makanan tersebut merupakan makanan yang paling banyak ditemukan mengandung bahan tambahan pangan yang berbahaya dan tercemar mikroba.
 
"Dari hasil temuan BPOM selama melakukan program pengujian sampel pangan jajanan anak sekolah (PJAS), es batu, minuman berwarna, bakso, dan agar-agar atau jeli merupakan makanan yang paling perlu diwasapai," tegas Kepala BPOM Roy Sparingga dalam Gebyar Aksi Nasional PJAS yang bertajuk "Sehat Duniaku Menuju Generasi Emas yang Sehat dan Berkualitas Tahun 2014", di Jakarta, Sabtu (8/2/2014).
 
Roy menjelaskan, pada es batu dapat ditemukan cemaran mikroba yang menimbulkan penyakit seperti diare. Sementara pada minuman berwarna dapat ditemukan pewarna tekstil seperti rodamin B yang bersifat karsinogenik.
 
Sementara pada bakso dapat ditemukan pengawet yang seharusnya tidak ditemukan pada makanan seperti boraks dan formalin. Sedangkan pada agar-agar atau jeli ada kemungkinan mengandung pewarna tekstil dan pengawet.
 
Untuk itu, Roy menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk menghindari anak-anak dari jajanan yang tidak sehat. "Terutama untuk komunitas sekolah yang terdiri dari orang tua, guru, ataupun pengelola kantin untuk meningkatkan kemandirian pengawasan pangan jajanan," papar Roy.
 
Kendati masih ditemukan pangan jajanan berbahaya, tetapi Roy mengatakan, persentasenya terus menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain, jumlah pangan jajanan yang sehat meningkat persentasenya dari tahun ke tahun.
 
Pada tahun 2008 hingga 2010 diketahui keamanan pangan jajanan sekolah hanya mencapai 56-60 persen. Pada 2011 meningkat menjadi 65 persen, 2012 menjadi 76 persen, dan pada 2013 meningkat lagi menjadi 80.79 persen.
 
"BPOM menargetkan untuk tahun 2014 persentase itu akan meningkat lagi menjadi 90 persen," pungkasnya.

Perokok adalah Pemalas ?




Citra buruk para perokok tampaknya terus bertambah. Setelah citra buruk karena aroma tubuh yang kurang sedap, saat ini perokok juga dicap pemalas dibanding yang tidak merokok. Hal ini didasari hasil riset terbaru para ilmuwan Brazil.
 
Dalam riset tersebut, para ilmuwan menemukan perokok lebih tidak aktif dan kurang termotivasi. Para perokok tidak termotivasi mengubah gaya hidupnya dengan lebih aktif bergerak, misalnya berjalan kaki. Para perokok ternyata juga lebih berisiko mengalami gejala depresi dan gelisah. 
 
Riset yang dilakukan ilmuwan dari State University of Londrina, Brazil ini, tadinya hanya ingin mengetahui apakah perokok lebih tidak aktif daripada yang tidak merokok. Riset dilakukan terhadap 60 perokok dan 50 responden yang tidak merokok.
 
Dalam riset ini, semua responden harus memakai pedometer minimal 12 jam taip harinya selama 6 hari. Hasilnya, para perokok berjalan lebih sedikit setiap harinya dengan fungsi paru-paru yang mulai menurun.
 
Saat ditanya bagaimana kondisi kesehatannya saat ini, perokok merasa lebih lelah dan kurang termotivasi mengubah gaya hidupnya. “Sepengetahuan kami, riset ini adalah yang pertama menunjukkan pengurangan tingkat aktivitas fisik. Pengurangan ini terjadi pada perokok dewasa dibanding yang tidak merokok,” kata pimpinan riset Karina Furnaletto.
 
Fungsi paru yang semakin menurun mengakibatkan para perokok merasa lebih letih dan tidak mampu lagi olahraga. Hal inilah yang menyebabkan perokok berjalan lebih sedikit sehingga menurunkan kualitas hidupnya. Pengurangan ini perlahan menurunkan kapasitas perokok dalam mengolah fisiknya, 
 
Dalam riset sebelumnya dibuktikan, jam tidur perokok lebih sedikit dibanding yang tidak merokok. Kualitas tidur mereka juga tidak sebagus yang tidak merokok.
 
Riset tersebut dilakukan ilmuwan dari Charite Berlin Medical School, Jerman. Dalam riset tersebut 17 persen perokok tidur kurang dari 6 jam per hari. Sedangkan 28 persen perokok merasa tidurnya selalu terganggu. Sebagai perbandingan hanya 6 persen non-perokok yang tidur kurang dari 6 jam tiap harinya, dan hanya 19 persen yang merasa tidurnya terganggu.

Jus Buah Tak Lebih Sehat dari Minuman Bersoda?




Minuman bersoda acap kali dianggap sebagai "musuh" bagi pelaku diet. Pasalnya, minuman ini mengandung gula tambahan yang banyak sehingga dapat meningkatkan berat badan karena "kalori kosong"-nya, sekaligus risiko penyakit jantung dan diabetes.
Atas alasan itulah, jus buah dipilih untuk menggantikan minuman bersoda karena dinilai lebih sehat. Kini, penelitian para ahli di Inggris mengindikasikan, bahkan jus buah tanpa gula tambahan sekalipun memiliki risiko yang hampir sama dengan minuman bersoda.
Dalam laporan yang ditulis Lancet Diabetes and Endocrinology tersebut, para peneliti membandingkan kandungan gizi dari jus apel dengan minuman bersoda kalengan.
Sekitar satu cangkir atau sekitar 150 mililiter jus apel mengandung 110 kalori dan 26 gram gula. Menurut mereka, kandungan kalori dan gula yang ada di jus apel hampir sama dengan yang terdapat pada minuman bersoda dengan volume penyajian yang sama.
Para peneliti juga mengaitkan studi baru tersebut pada studi sebelumnya yang menemukan hubungan antara konsumsi jus anggur rutin dengan peningkatan resistensi insulin, pemicu diabetes. Namun menurut peneliti, kerugian tersebut diimbangi dengan manfaat vitamin dan mineral yang ditawarkan oleh jus buah.
"Ini tentu tidak dimiliki oleh minuman dengan tambahan gula lain seperti minuman bersoda," ujar peneliti Profesor Naveed Sattar dari University Glasgow's Institute of Cardiovacular and Medical Sciences.
Ia mengatakan, jus buah mengandung lebih banyak gula daripada satu buah utuh. Ini karena buah utuh mengandung serat buah yang tidak ditemukan atau sedikit dalam jus buah.
Namun para peneliti menegaskan, hasil studi tidak melarang konsumsi jus buah karena di samping risikonya, ada pula sejumlah manfaat yang ditawarkannya. Meskipun perlu diperhatikan bahwa satu cangkir jus buah seharusnya tidak lagi dihitung sebagai lima sajian buah dan sayur yang perlu dikonsumsi dalam sehari.

Malas Olahraga? Jangan Berharap 10 Keuntungan Ini




Berolahraga secara rutin memang butuh tekad dan niat yang kuat plus konsistensi. Tak sedikit di antara Anda melakukannya hanya sesekali saja tergantungmood.
Namun Anda mungkin tak sendirian. Empat di antara lima orang yang sibuk mengalaminya.  Olahraga menjadi hal paling sulit untuk dilakukan ditengah padatnya aktivitas. Tetapi sebenarnya Anda rugi jika masih terus bermalas-malasan dan tak mau berolahraga. Berbagai penelitian telah menegaskan pentingnya olahraga, salah satunya agar panjang umur.
Simak keuntungan sehat lain yang bisa kita petik dengan terus bergerak. Sepuluh keuntungan ini takkan pernah dinikmati oleh mereka yang malas bergerak dan mengeluarkan keringan dengan olahraga.
1. Meningkatnya daya ingat
Para pakar menegaskan olahraga termasuk kegiatan yang penting agar fungsi otak maksimal. Olahraga bisa m;eningkatkan asupan oksigen dalam darah dan merangsang produksi senyawa kimia di otak yang bermanfaat mempertajam daya ingat.

2. Berkurangnya inflamasi
Olahraga secara rutin efektif mengurangi kadar protein C-reaktif, yang menunjukkan kadar inflamasi (peradangan). Mengapa hal ini penting? Ini karena timbunan kolesterol yang menyebabkan plak di pembuluh darah bisa pecah dan menyebabkan peradangan. Akibatnya adalah serangan jantung.
3. Terkendalinya kolesterol
Pertambahan usia menjadi salah satu faktor naiknya kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunnya kadar kolesterol baik (HDL). Cara terbaik untuk menjaga agar kadar LDL tetap rendah adalah dengan mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh. Sementara itu, untuk meningkatakan kadar HDL, lakukanlah olahraga. Fakta tersebut didukung oleh penelitian di Denmark pada tahun 2007 terhadap 835 pria yang rutin berolahraga. Kadar kolesterol baik para responden diketahui selalu tinggi. 

4. Menurunnya kadar trigliserida
Trigliserida merupakan lemak dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi merupakan faktor penyebab tingginya risiko penyakit jantung. Studi yang sama yang dilakukan para ahli di Denmark juga menunjukkan pria yang aktif memiliki kadar trigliserida yang rendah.

5. Tensi darah yang normal
Studi yang dipublikasikan tahun 2007 oleh para peneliti dari University of Minnesota menyebutkan aktivitas fisik yang dilakukan secara reguler efektif menurunkan tekanan darah.
6. Kondisi pembuluh darah lebih baik
Untuk merespon kebutuhan oksigen dalam tubuh, pembuluh darah haruslah fleksibel atau mudah membesar. Merokok, endapan kolesterol, dan proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Berbagai studi menunjukkan olahraga bisa membantu menjaga kemampuan pembuluh darah untuk terbuka dan berkontraksi sesuai kebutuhan fisik tubuh.

7. Menekan risiko diabetes
The Diabetes Prevention Program menemukan bahwa olahraga dan program penurunan berat badan yang dilakukan selama 3 tahun mampu mengurangi risiko diabetes hingga 58 persen. 

8. Tulang lebih kuat
Berlatih angkat beban, keseimbangan, atau jalan kaki merupakan jenis-jenis latihan yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko tulang keropos. 

9. Berat badan ideal
Kalau ingin langsing, ya olahraga, dong. Ini merupakan nasihat klise yang selalu didengungkan orang. Faktanya memang demikian. Salah satu studi mengenai manfaat olahraga menunjukkan, pria yang aktif secara fisik memiliki lingkar pinggang yang lebih kecil dibanding dengan orang yang malas berolahraga. 

10. Panjang umur
Sebuah penelitian yang dilakukan di tahun 2004 di Finlandia terhadap 15.853 pria berusia 30-59 tahun selama 20 tahun menemukan, mereka yang aktif secara fisik lebih sedikit yang terkena penyakit jantung dan meninggal dunia selama periode penelitian berlangsung.
 
SerbaAda.Com! Blogger Template by Ipietoon Blogger Template